Kamis, 29 September 2016

Analisis Mesh Dan Note Voltage

1.) Analisis Mesh
       Analisis ini memanfaatkan KVL (Kirchoff’s Voltage Law). Yang mana berbunyi “Jumlah tegangan pada suatu rangkaian tertutup adalah nol”. Untuk menggunakan analisa Mesh, tulis persamaan KVL untuk setiap putaran tertutup (closed loop) dalam suatu rangkaian.
Jadi analisis mesh Bisa di katakan Sebagai Hukum Kirchoff’s Tegangan.

Langkah-langkah menyelesaikan masalah dengan metode mesh:
              Langkah pertama dalam analisa mesh ialah menggambar dan memberi nama arus putarannya seperti pada gambar dibawah atau Loop 1,2,3,dan4. Arah putaran tidak harus searah jarum jam dan dalam satu rangkaian, arah tidak harus sama semua. Tapi untuk contoh ini, semua searah jarum jam dikarenakan hanya mempunyai 1 sumber tegangan yang di bebani beberapa tahanan seperti diatas.

               Langkah kedua adalah menandai polaritas dari tiap komponen dalam rangkaian tersebut. Saat menandai polaritas pada satu putaran, abaikan putaran yang lain. Dimulai dari putaran yang terdapat sumber tegangan. Pada putaran 1 (l1), polaritas pada kaki R1 yang terhubung ke sumber tegangan menjadi positif karena polaritas tegangan adalah positif. Disusul dengan negatif pada kaki R1 yang terhubung dengan R2. Pada R1, R2, R3 memiliki polaritas yang berbeda dari sudut pandang putaran yang berbeda. Jangan bingung dengan hal ini, karena ini hanya membantu untuk menentukan persamaan nantinya yang dimaksud Polaritas yaitu Positif (+) Dan Negatif (-) pada sumber Tegangan atau sumber Arus.

   Jawab;
KVL loop 1:
i1= 5A
KVL loop 2:
5(i2-i1)+10(i2-i4)+2(i2-i3) = 0
-5i1 + 17i2 - 2i3 = 0
i2 = 1.58A
KVL loop 3:
i3 = -2A
KVL loop 4:
10i4 + 4V + 10(i4-i2) = 0
-10i2 + 20i4 = -4
i4 = 0.59A
                                                 Kita mau nyari arus di R5=5 ohm
I = i1 - i2 = 3.42A
                    

2.Analisa Node Voltage
           Analisis node berprinsip pada Hukum Kirchoff I/KCL dimana jumlah arus yang masuk dan keluar dari titik percabangan akan samadengan nol, dimana tegangan merupakan parameter yang tidak diketahui. Atau analisis node lebih mudah jika pencatunya semuanya adalah sumber arus. Analisis ini dapat diterapkan pada sumber searah/ DC maupun sumber bolak-balik/ AC.
             Node atau titik simpul adalah titik pertemuan dari dua atau lebih elemen rangkaian. Junction atau titik simpul utama atau titik percabangan adalah titik pertemuan dari tiga atau lebih elemen rangkaian.


             Untuk lebih jelasnya mengenai dua pengertian dasar diatas, dapat dimodelkan dengan contoh gambar berikut.

Contoh :



Jumlah node          : 4, yaitu : a, b, c, d
Jumlah junction     : 3, yaitu : a,b,c
Langsung saja ke soalnya aja biar Makin jelas:
Jawab:
KCL di titik V1:
-5A + V1/5 + (V1-V2)/10 + [V1-(V2+4)]/10 = 0
4V1 - 2V2 = 54
V1 = 17.08V

KCL di titik V2:
(V2-V1)/10 + V2/2 - 2A + [V2-(V1-4)]/10 = 0
-2V1 + 7V2 = 16
V2 = 7.17V

Kita mau nyari arus di R5=5 ohm
I=V1/R5
I=17,08/5=3,14 A
Pasti kalian bertanya-tanya mengapa mencari arus di R5 kok pakek V1 karena
rumus mencari sebuah arus bisa di bilang rumus dasar i=V/R, gunanya note voltage yaitu mencari tegangan di  Node atau titik simpul dan nilai resistornya udah di dapat maka hasilnya 3,14 A. 

Referensi Blog:
http://www.calvin.edu/~svleest/circuitExamples/NodeVoltageMeshCurrent/soln2.mc.htm
https://rangkailistrik.wordpress.com/2013/07/30/analisa-mesh-node-voltage/


Terimakasih Telah Berkunjung di Blog saya,
JIka Ada Pertanyaan,Saran atau Kritik silahkan koment di bawah ^_^ 

7 Gerbang Logika Dasar pada Elektronika

Pengertian gerbang Logika
Gerbang Logika adalah rangkaian dengan satu atau lebih dari satu sinyal asukan tetapi hanya menghasilkan satu sinyal berupa tegangan tinggi atau tegangan rendah. Gerbang-gerbang logika merupakan dasar untuk membangun rangkaian elektronika digital. Suatu gerbang logika mempunyai satu terminal keluaran dan satu atau lebih terminal masukan. Keluaran dan masukan gerbang logika ini dinyatakan dalam kondisi HIGH (1) atau LOW (0). Dalam suatu sistem TTL level HIGH diwakili dengan tegangan 5V, sedangkan level LOW diwakili dengan tegangan 0V.
Melalui penggunaan gerbang-gerbang logika, maka kita dapat merancang suatu sistem digital yang akan mengevaluasi level masukan dan menghasilkan respon keluaran yang spesifik berdasar rancangan rangkaian logika. Ada tujuh gerbang  logika yaitu AND, OR, INVERTER, NAND, NOR, exclusive-OR (XOR), dan exclusive-NOR (XNOR).

Gerbang AND (AND Gate)

                Gerbang and merupakan salah satu gerbang dasar yang memiliki dua buah saluran keluaran (output). Suatu gerbang AND akan menghasilkan sebuah keluaran biner tergantung dari kondisi masukan dan fungsinya. Gerbang AND mempunyai dua atau lebih dari dua sinyal masukan tetapi hanya satu sinyal keluaran. Gerbang AND mempunyai sifat bila sinyal keluaran ingin tinggi  maka semua sinyal masukan harus dalam keadaan tinggi .
                    Gerbang AND memerlukan 2 atau lebih Masukan (Input) untuk menghasilkan hanya 1 Keluaran (Output). Gerbang AND akan menghasilkan Keluaran (Output) Logika 1 jika semua masukan (Input) bernilai Logika 1 dan akan menghasilkan Keluaran (Output) Logika 0 jika salah satu dari masukan (Input) bernilai Logika 0. Simbol yang menandakan Operasi Gerbang Logika AND adalah tanda titik (“.”) atau tidak memakai tanda sama sekali. Contohnya : Z = X.Y atau Z = XY.
Simbol dan Tabel Kebenaran Gerbang AND (AND Gate)Simbol Gerbang Logika AND dan Tabel Kebenaran Gerbang AND



Gerbang OR (OR Gate)


Gerbang OR merupakan salah satu gerbang logika dasar yang memiliki dua buah saluran keluaran masukan atau lebih dan sebuah saluran keluaran. Suatu gerbang logika OR akan menghasilkan sebuah keluaran logika 1 apabila salah satu atau semua saluran masukannya mendapatkan nilai logika 1. Gerbang OR mempunyai sifat bila salah satu dari sinyal masukan tinggi , maka sinyal keluaran akan menjadi tinggi juga

                   Gerbang OR memerlukan 2 atau lebih Masukan (Input) untuk menghasilkan hanya 1 Keluaran (Output). Gerbang OR akan menghasilkan Keluaran (Output) 1 jika salah satu dari Masukan (Input) bernilai Logika 1 dan jika ingin menghasilkan Keluaran (Output) Logika 0, maka semua Masukan (Input) harus bernilai Logika 0.
Simbol yang menandakan Operasi Logika OR adalah tanda Plus (“+”). Contohnya : Z = X + Y.
.

Simbol Gerbang Logika OR dan Tabel Kebenaran Gerbang OR

Gerbang NOT (NOT Gate)

Gerbang NOT juga sering disebut dengan gerbang inverter. Gerbang ini merupakan gerbang logika yang paling mudah diingat. Gerbang NOT memiliki satu buah saluran masukan dan satu buah saluran keluaran. Gerbang NOT akan selalu menghasilkan nilai logika yang berlawanan dengan kondisi logika pada saluran masukannya. Bila pada saluran masukannya mendapatkan nilai logika 1, maka pada saluran keluarannya akan dihasilkan nilai logika 0, dan sebaliknya. 
Gerbang NOT hanya memerlukan sebuah Masukan (Input) untuk menghasilkan hanya 1 Keluaran (Output). Gerbang NOT disebut juga dengan Inverter (Pembalik) karena menghasilkan Keluaran (Output) yang berlawanan (kebalikan) dengan Masukan atau Inputnya. Berarti jika kita ingin mendapatkan Keluaran (Output) dengan nilai Logika 0 maka Input atau Masukannya harus bernilai Logika 1. Gerbang NOT biasanya dilambangkan dengan simbol minus (“-“) di atas Variabel Inputnya.


Simbol Gerbang Logika NOT dan Tabel Kebenaran Gerbang NOT

Gerbang NAND (NAND Gate)

                         Gerbang NAND mempunyai dua atau lebih dari dua sinyal masukan tetapi hanya satu sinyal keluaran. Gerbang NAND mempunyai sifat bila sinyal keluaran ingin rendah (0) maka semua sinyal masukan harus dalam keadaan tinggi (1).Gerbang NAND juga disebut juga Universal Gate karena kombinasi dari rangkaian gerbang NAND dapat digunakan untuk memenuhi semua fungsi dasar gerbang logika yang lain.
                             Arti NAND adalah NOT AND atau BUKAN AND, Gerbang NAND merupakan kombinasi dari Gerbang AND dan Gerbang NOT yang menghasilkan kebalikan dari Keluaran (Output) Gerbang AND. Gerbang NAND akan menghasilkan Keluaran Logika 0 apabila semua Masukan (Input) pada Logika 1 dan jika terdapat sebuah Input yang bernilai Logika 0 maka akan menghasilkan Keluaran (Output) Logika 1.
Simbol Gerbang NAND dan Tabel Kebenaran Gerbang NAND

Gerbang X-OR (X-OR Gate)

                   Gerbang XOR disebut juga gerbang EXCLUSIVE OR dikarenakan hanya mengenali sinyal yang memiliki bit 1 (tinggi) dalam jumlah ganjil untuk menghasilkan sinyal keluaran bernilai tinggi .
                       X-OR adalah singkatan dari Exclusive OR yang terdiri dari 2 Masukan (Input) dan 1 Keluaran (Output) Logika. Gerbang X-OR akan menghasilkan Keluaran (Output) Logika 1 jika semua Masukan-masukannya (Input) mempunyai nilai Logika yang berbeda. Jika nilai Logika Inputnya sama, maka akan memberikan hasil Keluaran Logika 0.


Simbol Gerbang Logika X-OR dan Tabel Kebenaran Gerbang X-OR


 Gerbang X-NOR (X-NOR Gate)

                   Gerbang XNOR disebut juga gerbang Not-EXCLUSIVE-OR. Gerbang XNOR mempunyai sifat bila sinyal keluaran ingin benilai tinggi (1) maka sinyal masukannya harus benilai genap (kedua nilai masukan harus rendah keduanya atau tinggi keduanya)
                    Seperti Gerbang X-OR,  Gerban X-NOR juga terdiri dari 2 Masukan (Input) dan 1 Keluaran (Output). X-NOR adalah singkatan dari Exclusive NOR dan merupakan kombinasi dari Gerbang X-OR dan Gerbang NOT. Gerbang X-NOR akan menghasilkan Keluaran (Output) Logika 1 jika semua Masukan atau Inputnya bernilai Logika yang sama dan akan menghasilkan Keluaran (Output) Logika 0 jika semua Masukan atau Inputnya bernilai Logika yang berbeda. Hal ini merupakan kebalikan dari Gerbang X-OR (Exclusive OR).
Simbol Gerbang Logika X-NOR dan Tabel Kebenaran Gerbang X-NOR

Referensi:
http://teknikelektronika.com/pengertian-gerbang-logika-dasar-simbol/
http://electrical-icezz.blogspot.co.id/2013/04/gerbang-logika-dasar.html 

Terimakasih Telah berkunjung di blog saya,
jika ada pertanyaan saran atau kritik bisa tulis komentar di bawahnya ^_^

Kalkulus Integral

Integral Ganda 

       • Bentuk

I = Z Z f(x,y)dA
R
     Arti geometri: volume daerah di bawah permukaan z = f(x,y) dengan alas R.
     Perhitungan: menggunakan integral berulang
I = Z Z f(x,y)dxdy
R
atau
I = Z Z f(x,y)dydx
R
Urutan integral disesuaikan dengan bentuk daerah R atau kemudahan dalam perhitungan

Contoh:

Hitung RRR ey2dA dengan R daerah segitiga yang memiliki titik sudut (0,0), (1 , 1) dan (0,1).

Jawab:

Penulisan
R = {(x,y) : 0 ≤ x y,0 ≤ y ≤ 1}
atau
R = {(x,y) : x y ≤ 1,0 ≤ x ≤ 1}
Dari bentuk integran-nya ey2, penggintegralan terhadap y lebih dahulu tidak dimungkinkan, jadi

Perubahan variabel dalam integral

     Bentuk RR e−(x2+y2)dA lebih mudah dihitung menggunakan koordinat polar, dengan hubungan x = r cosθ y = r sinθ
     Secara umum perubahan koordinat:
Z Z f(x,y)dA = Z Z F(r,θ)rdrdθ
R   R
dimana:
Rdaerah integral dalam x y
R daerah integral dalam r θ, sesuai transformasi yang berlaku F(r,θ) = f(r cosθ,r sinθ) dA dalam x y menjadi rdrdθ
     Integral di atas dengan R = {(x,y) : x2 + y2 a2} dapat dinyatakan dalam polar
RR e−(x2+y2)dA    = R2π R a er2rdrdθ2
R     0                     0
= ··· = π(1       e a )
dimana R= {(r,θ) : 0 ≤ r a,0 ≤ θ ≤ 2π}
     Bagaimana dengan bentuk     y x
Z Z ey+xdA
R
dimana R = {(x,y) : 0 ≤ x ≤ 1 − y,0 ≤ y ≤ 1}.
Perlu transformasi dan perumusan integral. Berikut kita bahas secara umum.
     Integral
Z Z F(x,y)dA
R
dengan transformasi (x,y) ↔ (u,v)
f(u,vg(u,v)
secara geometri kita petakan = konstan dan = konstan ke kurvakurva pada bidang − y.
     Luas daerah kecil dA, pada bidang xy, hendak kita nyatakan dalam dan v, diilustrasikan pada Gambar (1).
∗ Batas daerah dA:
-Lengkungan dan du

-Lengkungan dan dv


-Lengkungan v dan v + dv

Figure 1: Pemetaan kurva dari bidang x y ke u v
∗ Perpotongan lengkungan u dan lengkungan v berupa
r¯ = x¯i + y¯j
Di sini kita gunakan z = 0 karena lengkungan tersebut berada di bidang x y.
∗ Diferensial dari r¯     
∗ Vektor singgung pada v = konstan (dv = 0) adalah
dr¯|v=konstan  
Hal serupa untuk u = konstan (du = 0) berlaku
dr¯|u=konstan  

Figure 2: Luas daerah sebagai perkalian silang dari vektor singgung sepanjang lengkungan u konstan dan v konstan
∗ Luas sebagai perkalian silang dua vektor singgung dari masing-masing lengkungan seperti diilustrasikan pada Gambar (2).

Di sini digunakan dua pasangtanda tegak, yang pertama (dalam) menyatakan determinan dan kedua (luar) menyatakan tanda mutlak. Penulisan determinan pada baris terakhir dikenal sebagai determinan Jacobi, notasi
∗ Bentuk integral
dimanamenyatakan daerah integral di bidang u v.
Contoh semula:
Z Z eyy+xxdA
R
dimana R = {(x,y) : 0 ≤ x ≤ 1 − y,0 ≤ y ≤ 1}.
Kita gunakan u = y x, v = y + x atau x = (v u)/2, y = (v + u)/2 ,
sehingga determinan Jacobi

Pemetaan di atas dilakukan padabatas-batas daerah     , menghasilkan


Figure 3: Pemetaan daerah integrasi dari R ke D
sehingga
D= {(u,v) : −v u v,0 ≤ v ≤ 1}
seperti diilustrasikan pada Gambar (3). Oleh karena itu integral dalam
u v

Integral Garis

C kurva di bidang dengan arah lintasan sesuai lintasan
C : r¯(t) = x(ti + y(tj, a t b
Di sini kurva diasumsikan mulus, yaitu kontinu sampai turunan pertama. Selain itu, diberikan fungsi f(x,y) yang terdefini pada kurva C dan kontinu. Integral garis
Z f(x,y)ds
C
secara geometri merupakan luas lempeng sepanjang lintasan C yang tingginya
f(x,y) dari dasar.
Masalah sekarang adalah bagaimana menghitung integral tersebut. Secara fisis hal tersebut dapat dilakukan dengan menarik lempeng yang berliku-liku menjadi terentang, sehingga permasalahan menjadi integral tentu seperti pada kalkulus I (luas daerah di bawah kurva). Proses merentang lempeng tersebut dapat diterjemahkan dalam matematika dengan menyatakan integral yang dihadapi menjadi integral terhadap parameter t. Untuk itu, kita partisi selang [a,b], dan salah satunya [ti,ti+1], yang mempunyai panjang lintasan.



Sehingga integral garis dapat dinyatakan sebagai
R
C f(x,y)ds = RRtt==ab f(x(t),y(tq))dsdtdt    
= ab f(x(t),y(t))   x (t)2 + y (t)2dt

Contoh 1:

Hitung RC xy3ds dengan C : segmen garis y = 2x dari (-1,-2,0) ke (1 , 2,0).

Jawab:

Tuliskan x(t) = t, y(t) = 2t, sehingga
C : r¯(t) = t¯i + 2t¯j, −1 ≤ t ≤ 1
ds         √         2 = √5
=          1 + 2 dt
Jadi
1                     16
Z xy3ds = Zt(2t)3√5dt =  
C            1                     5

Kerja sebagai integral garis

Benda bergerak dari titik A ke titik B sepanjang lintasan
C : r¯(t) = x(ti + y(tj + z(t)k,¯       t ∈ [a,b]
oleh medan gaya
F¯(x,y,z) = F1(x,y,zi + F2(x,y,zj + F3(x,y,z)k¯
Untuk menghitung kerja yang dilakukan gaya, kita perhatikan benda pada saat di titik Q(x,y,z) seperti diilustrasikan pada Gambar (6). 1. Vektor singgung kurva C
r¯(t) = x(ti + y(tj + z(t)k¯
dan vektor singgung satuannya
, dengan |T¯| = 1

Figure 6: Sketsa medan gaya F¯ pada lintasan C
2.    Proyeksi gaya F¯ pada T¯ w¯ = (F¯ · T¯)T¯
w¯ sebagai gaya penggerak benda, dan |w¯| = F¯ · T¯.
3.    Selama selang waktu kecil dt, benda bergerak sejauh dL.
4.    Menurut hukum fisika: kerja adalah hasil kali gaya dengan jarak, sehingga untuk menggerakkanbenda sejauh dL diperlukan kerja = (F¯ · T¯)dL. Sedangkan dL = |r¯(t)|dt, sehingga kerja keseluruhan

Bentuk integral terakhir diperoleh setelah menyatakan T¯ dan dL dalam r¯ seperti diberikan di atas. Dalam penulisannya kerja lebih sering dijumpai dalam bentuk integral garis
W = Z F¯ · ds¯
C
dimana ds¯ = r¯(t)dt.

Contoh:

Hitung kerja yang dilakukan gaya
F¯(x,y,z) = x¯i + y¯j + zk¯
untuk menggerakkan benda sepanjang lintasan
C : r¯(t) = sint¯i + cost¯j + tk,¯           t ∈ [0,2π]

Jawab:

Kerja W = RC F¯ · ds.¯ Untuk menghitung integral tersebut, kita harus menyatakan ke integral tentu
F¯(¯r(t)) = (sint,cost,t) ds¯ = r¯(t)dt = (cost,−sint,1)dt
Jadi 2π
W = Z sintcost − costsint + tdt = 2π2
0
Bentuk diferensial dari integran Kerja yang dilakukan oleh gaya   F¯ adalah
W = Z F¯ · ds¯
C
dimana
ds¯ = r¯(t) = dx¯i + dy¯j + dzk¯
Sehingga bentuk integran dapat dituliskan dalam bentuk diferensial
F¯ · ds¯ = Z F1dx + F2dy + F3dz
Z
C                       C

Hubungan integral garis dan integral ganda

     Tinjau R daerah tertutup di bidang x y yang dibatasi oleh kurva C yang dinyatakan dalam fungsi vektor dengan orientasi positip, yaitu arah lintasan berlawan dengan perputaran jarum jam. Daerah R dapat dinyatakan sebagai R = {(x,y) : a x b,u(x) ≤ y v(x)}.
     F¯(x,y) = f(x,yi + g(x,yj medan vektor dengan f(x,y) dan g(x,y) kontinu pada R, begitu juga turunannya.
     Berikut penjabaran inetgral ganda menjadi integral garis
∂f                    b                     v ∂f
RRR ∂y dA          = RRa RRu ∂y   dydx −    − R        R
= ab f(x,v(x))     f(x,u(x))dx
=          ba f(x,v(x))dx    ab f(x,u(x))dx = C f(x,y)dx
     Dengan cara sama untuk R = {(x,y) : p(y) ≤ x q(y),c y d}

     Dengan menggabungkan kedua hasil

Hubungan ini dikenal sebagai teorema Green.

– Contoh:

Hitung I = RC y2dx +−x2dy≤dengan≤ C berupa lintasan sebagai batas segiempat −1 ≤ x 1, 1 y 1 dan arah positip, yaitu berlawanan dengan perputaran jarum jam.

Jawab:

∗ Kita hitung secara langsung

Figure 7: Lintasan C = C1 C2 C3 C4 sebagai batas segi-empat R
I = Z 1 y2dx+x2dy+Z 2 y2dx+x2dy+Z 3 y2dx+x2dy+Z y2dx+x2dy
C                        C                     C                     C4
dengan C1,C2,C3,C4 merupakan bagian-bagian dari lintasan C, yaitu sebagai sisi-sisi segi-empat, seperti diberikan dalam Gambar (7).
R y2dx + x2dy = R1 dx = 2
C 1                  −1
RR 32 y2dx + x2dy = R −−11   dy = 2− C
R y2dx + x2dy = R 1 dx = −2
C                      1
4 y2dx + x2dy = R1   1 dy =          2 C
(dy = 0,y = − 1)
(x = 1,dx = 0)
(dy = 0,y = 1)
(x = −1,dx = 0)
Keseluruhan I = 0.
∗ Menggunakan teorema Green f(x,y) = y2,g(x,y) = x2
1            1
I = Z Z 2x − 2ydA = ZZ2x − 2ydxdy = 0
R           1                     1

Integral garis tidak bergantung lintasan

     Dari contoh sebelum ini, kita menghitung sebagian integral dari (-1,-1) ke (1,1) sepanjang C = C1 C2
I = Z y2dx + x2dy
C
yang menghasilkan I = 4. Sekarang kita ambil lintasan lain, misalnya
C : r¯(t) = t¯i + t¯j, −1 ≤ t .
Substitusikan x = t,y = t, begitu juga dx = dt,dy = dt, integral garis menjadi integral tentu

Di sini kita dapat membandingkan kedua integral, dengan lintasan yang berbeda kita peroleh hasil integral yang berbeda.
     Sekarang kita perhatikan I = RC xdx ydy zdz dengan dua macam lintasan yang menghubungkan (1,0,-1) ke (2 , -1,0).
∗ Lintasan C : r¯(t) = (1,0,−1) + t(1,−1,1) untuk t ∈ [0,1]. Untuk menghitung integralnya, kita substitusikan x = 1 + t,y = −t,z = −1 + t dan dx = dt,dy = −dt,dz = dt, sehingga diperoleh integral tentu
1            1
I =(1 + t) + t(−1) − (−1 + t)dt = Z 2 − tdt = 3/2
0             0
∗ Lintasan C = C1 C2 C3 dimana
C1 : dari (1,0,-1) ke (1 ,0, 0)

C2 : dari (1,0,0) ke (2 ,0, 0)
2
2   xdx ydy zdz = Z xdx = 3/2
Z
C             1
C3 : dari (2,0,0) ke (2 ,-1, 0)
−1
3   xdx ydy zdz = Z ydy = −1/2
Z
C                     0
Keseluruhan I = 3/2, diperoleh hasil yang sama seperti pada lintasan sebelumnya.
∗ Pertanyaan:
Apakah hasil yang diperoleh di atas hanya kebetulan sama nilainya? Jika tidak adakah syarat agar integral tidak bergantung lintasan?
∗ Untuk lebih mendukung pertanyaan di atas, dapat dihitung integral menggunakan lintasan lain sebagai latihan, misalkan
C : r¯(t) = (1 + t2i t¯j + (−1 + √t)k,¯   0 ≤ t ≤ 1.

Turunan eksak

Definisi:
fdx + gdy + hdz dikatakan turunan eksak jika bentuk tersebut merupakan diferensial dari fungsi skalar u(x,y,z), yaitu

Hubungan:
     f = ∂u∂x,g = ∂u∂y,h = ∂u∂z
     Dalam bentuk vektor
Medan vektor V¯ = f¯i + g¯j + hk¯ memberikan diferensial vektor bila
V¯ = gradu
Dari pengertian eksak, kita dapatkan:
R
C   fdx + gdy + hdz tidak bergantung lintasan
1.    fdx + gdy + hdz eksak
2.    ⇔ Integral bernilai nol untuk setiap lintasan sederhana tertutup pada daerah definisinya.
3.    ∂h∂y = ∂g∂z, ∂f∂z = ∂h∂x, ∂x∂g = ∂f∂y atau curlV¯ = 0.

Catatan:

Terkait dengan integral yang bebas lintasan, terdapat ekivalensi seperti dituliskan di atas. Secara teknis, pernyataan terakhir (ke-tiga) lebih banyak digunakan, karena untuk memeriksanya cukup dengan menurunkan fungsi yang ada pada integran atau menggunakan curl.

• Contoh:

Tentukan− u(x,y,z) agar du = xdx ydy−− zdz, kemudian hitung RC xdx ydy zdz dengan C lintasan dari P(1,0, 1) ke Q(2,−1,0).

Jawab:

∂u = x ⇐            u(x,y,z) = x222 + a(y,z)
∂x
∂u = ∂a∂y = −y a(y,z) = −2 y2 + b(z)
∂y
∂u∂z   = ∂z∂b = −z ⇐        b(z) = −z2 + K
Jadi u(x,y,z) = x22 y22 z22 + K.
Karena kita dapat menentukan fungsi skalar yang diferensial-nya sama dengan xdx ydy zdz maka integral yang kita hadapi tidak bergantung lintasan. Oleh karena itu

Kembali pada teorema Green, kita dapat menuliskannya dalam bentuk vektor.
     Kaitan dengan curl
Dari medan vektor   F¯(x,y) = f(x,yi + g(x,yj, kita dapat menghitung curl dari F¯

sehingga           
Menurut teorema Green ruas kanan dapat dinyatakan sebagai integral garis, sehingga diperoleh hubungan
fdx + gdy = Z Z curlF¯ · kdxdy¯
Z
C R
atau dalam bentuk vekto


Terimakasih Telah berkunjung di blog saya,
jika ada pertanyaan saran atau kritik bisa tulis komentar di bawahnya ^_^